Wasiat Abu Bakar menjelang wafatnya sering dijadikan contoh dan pelajaran dalam perkara kepemimpinan dan pribadi seorang muslim. Abu Bakar memang seorang Shahabat Nabi Muhammad SAW yang menemai Beliau hampir di seluruh masa hidup termasuk dalam perjuangan dakwah Islam. Lantas, apa wasiat Abu Bakar menjelang wafatnya?
Kehidupan Rasulullah Muhammad SAW serta para Shahabat yang Allah jamin kedudukannya di sisi-Nya adalah kehidupan yang terdapat contoh-contoh baik didalamnya. Khusus kehidupan Rasulullah SAW memang wajib kita jadikan suri tauladan. Biasanya, akhir hayat Nabi dan kematian para Shahabat meninggalkan hikmah-hikmah yang bernilai seperti wasiat Abu Bakar RA.
Kehidupan Abu Bakar RA
Abu Bakar bernama asli Abdul Ka’bah yang merupakan nama yang diberikan oleh orang tuanya sebelum masuk Islam. Karena nama tersebut tidak sesuai dengan bagaimana seharusnya nama seorang muslim (Abdul Ka’bah : Hamba Ka’bah) yang berarti menghambakan diri kepada selain Allah SWT, oleh Rasulullah Muhamad SAW nama Abu Bakar diganti dengan Abdullah. Sedangkan Abu Bakar bermakna ‘Ayahnya Unta’.
Nama Abu Bakar yang bermakna ayahnya unta ini merupakan gelar karena semasa hidupnya Beliau gemar memelihara unta yang banyak. Kehidupan Abu Bakar memang relatif mapan karena keahliannya berdagang dan memang berasal dari keluarga yang berkecukupan. Namun kemapanan juga membantunya untuk belajar memupuk pemahamannya tentang bahasa sehingga dari pemahaman ini Beliau dapat memahami kemu’jizatan Al Quran yang dibawa Nabi SAW.
Sejak sebelum masuk Islam-pun, Abu Bakar sudah bersinggungan dengan Nabi Muhammad SAW dalam rombongan dagang. Para ahli sejarah Islam memang menggolongkan Abu Bakar adalah salah seorang teman Nabi sejak masa remaja. Lantas apa yang membuat Abu Bakar seseorang yang mulia dikalangan Umat Muslim?
Di masa-masa awal turunnya Islam melalui wahyu, banyak orang-orang yang pertama masuk Islam. Dari kalangan wanita adalah Ummul Mukminin Khadijah istri Nabi SAW. Dari kalangan budak adalah Zaid bin Haritsah. Dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abu Thalib. Sedangkan dari kalangan dewasa yang pertama-tema memeluk Islam adalah Abu Bakar.
Dalam perjuangan Rasulullah SAW mendakwahkan Islam, Abu Bakar adalah Shahabat yang paling dekat. Bahkan kedekatan antara Rasulullah SAW dan Abu Bakar RA dikatakan oleh para Ulama’ sebagaimana kedekatan antara Nabi Musa dan Nabi Harun. Keutamaan ini pula yang menjadikan Nabi SAW saat menjelang ajalnya meminta Abu Bakar untuk menjadi imam sholat menggantikan Beliau SAW.
Dalam amalan sehari-harinya juga demikian. Abu Bakar adalah orang yang amalan hariannya tidak dapat disaingi bahkan oleh Umar bin Khatthab. Awalnya Umar bin Khatthab berupaya untuk itu hingga akhirnya Umar menyerah dan mengakui bahwa tidak ada satupun yang dapat menyaingi banyaknya amal Abu Bakar RA.
Pada permulaan dakwah Islam yang begitu mencekam karena penyiksaan yang dialami oleh Umat Muslim yang jumlahnya masih sedikit, Abu Bakar mendermakan hartanya untuk membebaskan para budak yang masuk Islam agar tidak lagi disiksa oleh tuannya. Mungkin kita pernah mendengar peristiwa penyiksaan kepada Bilal bin Rabah hingga akhirnya dimerdekakan oleh Abu Bakar.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Umat Muslim berpikir keras tentang siapa yang akan menggantikan kepemimpinan Beliau SAW. Umat Muslim bermusyawarah di Saqifah Bani Sa’idah sampai kurang lebih tiga hari dan akhirnya sepakatn membai’at (berjanji setia) kepada Abu Bakar RA sebagai Khalifah (pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW) yang pertama. Abu Bakar juga merupakan salah seorang yang Allah SWT janjikan masuk surga.
Wasiat Abu Bakar
Dari riwayat Abu Malik, tatkala Abu Bakar menjelang ajalnya, Beliau mengirim utusan kepada Umat bin Khatthab untuk menyampaikan pesan. Pesan itu berbunyi, “Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu, dan engkau harus menerimanya dariku, bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai hak pada malam hari yang tidak diterima-Nya pada siang hari, dan Allah mempunyai hak pada siang hari yang tidak diterima-Nya pada malam hari.
Sesungguhnya Dia tidak menerima nafilah sebelum yang wajib dilaksanakan. Orang-orang yang timbangan kebaikannya berat di akhirat disebabkan mereka mengikuti kebenaran di dunia. Sudah selayaknya timbangan yang di atasnya diletakkan kebenaran, menjadi berat.
Orang-orang yang timbangan kebaikannya ringan di akhirat disebabkan mereka mengikuti kebatilan. Sudah selayaknya timbangan yang di atasnya diletakkan kebatilan, menjadi ringan. Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah menurunkan ayat yang ada harapan di dalam ayat yang ada kepedihan, dan ayat yang ada kepedihan di dalam ayat yang ada harapan? Hal ini dimaksudkan agar manusia takut dan sekaligus berharap, tidak menyeret dirinya kepada kebinasaan dan tidak berharap kepada Allah secara tidak benar.
Jika engkau menjaga wasiatku ini, maka tak ada sesuatu yang tak tampak namun paling engkau sukai kecuali kematian. Jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tak ada sesuatu yang tak tampak namun paling engkau benci kecuali kematian. Engkau tentu mampu melakukannya”.
Aisyah menceritakan, sebelum Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu wafat, ia menyampaikan wasiat kepadanya. “Aisyah, tolong periksa seluruh hartaku. Jika ada yang bertambah setelah aku menjabat sebagai khalifah, kembalikanlah kepada negara melalui khalifah yang terpilih setelahku,” kata Abu Bakar menjelang detik-detik wafatnya.
Itulah sekelumit riwayat hidup dari seorang Shahabat yang utama Abu Bakar RA. Begitu pula wasiat dan perbuatan Beliau saat menjelang wafatnya. Semoga petikan peristiwa ini dapat dijadikan pelajaran yang baik serta dicontoh sebagai sebuah amalan yang mudah-mudahan di ridhai Allah SWT. Simak terus berbagai artikel lainnya di distributor keranda mayat.